Minggu, 17 Desember 2023 – 12:59 WIB – Jakarta – Masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) yang tinggal di Jabodetabek mengadakan tradisi budaya leluhur etu atau tinju tradisional. Etu biasanya dipertunjukkan setiap tahun pada musim kemarau atau setelah panen. Alat tinju yang digunakan bukanlah sarung tinju, melainkan tali ijuk yang dipilin menjadi sebuah gumpalan.
Pembina Acara Gelar Budaya Tradisi Leluhur ETU Nagekeo NTT, Andi Gani Nena Wea, yang juga putra asli NTT, sangat mendukung acara ini dan berencana untuk kembali menyelenggarakan Gelar Budaya Etu Nagekeo NTT dalam skala yang lebih besar pada tahun depan. Acara Etu diselenggarakan di Pintu V Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, pada Sabtu, 16 Desember 2023
Tujuan dari etu adalah sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang telah diperoleh sekaligus sebagai permohonan kesuburan untuk tanaman pada tahun berikutnya. Selain itu, etu juga bertujuan untuk meningkatkan rasa solidaritas sosial di antara warga masyarakat.
“Untuk terus melestarikan budaya leluhur NTT ini, kami berencana akan kembali menggelar tradisi budaya etu pada Januari tahun depan dengan mengundang Calon Presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo,” kata Andi Gani.
Menurut Andi Gani, warisan budaya leluhur etu ini wajib dilestarikan karena dapat meningkatkan kunjungan wisatawan ke NTT. “Etu perlu didukung dan dilestarikan sebagai kekayaan budaya bangsa apalagi sampai bisa menarik wisatawan asing,” ujarnya.
Penyelenggara Acara Etu, Joseph Djuwa menjelaskan, Etu adalah warisan budaya Kabupaten Nagekeo NTT. Di dalam etu, sangat dijunjung tinggi sportivitas, perdamaian, dan rasa hormat pada lawan tanding. Setelah sesi tinju berakhir, para petarung saling berpelukan.
“Etu tidak ada yang menang atau kalah, melainkan menjalin harmonisasi persaudaraan dan ikatan kekeluargaan di antara sesama warga Nagekeo dan Ngada yang berhubungan keturunan,” ucapnya.