Minggu, 24 Maret 2024 – 13:43 WIB
Pasaman – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kembali mengingatkan masyarakat, khususnya di Provinsi Sumatra Barat (Sumbar) untuk selalu menyiapkan langkah mitigasi dan mewaspadai ancaman Sesar Sumatra.
Baca Juga:
BMKG: Masih Terjadi 193 Kali Gempa Susulan di Laut Tuban
“Pada perayaan Hari Meteorologi Dunia Ke-74, saya mengingatkan kembali bahwa Sesar Sumatra ini nyata, dan ada ancaman terdapat sumber gempa di darat,” kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono di Pasaman, Minggu, 24 Maret 2024.
Selama ini masyarakat dan pemerintah daerah di Provinsi Sumbar lebih banyak mengetahui atau fokus pada upaya mitigasi ancaman gempa megathrust yang berpotensi menimbulkan gelombang tsunami.
Baca Juga:
Warga Bawean Beranikan Diri Amankan Barang Berharga usai Gempa di Timur Laut Tuban
Padahal, juga terdapat ancaman gempa yang bersumber di darat akibat Sesar Sumatra atau patahan Sumatra yang kapan saja bisa terjadi, serta berpotensi menimbulkan dampak kerusakan parah.
Baca Juga:
Pasca-gempa di Tuban, BMKG Sebut Penyeberangan Laut di Pulau Jawa Masih Aman
Rahmat menjelaskan apabila terjadi gempa bumi yang bersumber di darat, diprediksi tidak membutuhkan magnitudo besar, namun menimbulkan dampak kerusakan yang signifikan.
“Jadi, tidak perlu besar magnitudonya. Magnitudo 6 saja sudah cukup merusak,” ujarnya.
Oleh karena itu, BMKG kembali mengingatkan masyarakat dan pemangku kepentingan bahwa ancaman bencana tidak hanya terjadi di Pantai Utara Jawa atau Pantai Barat Sumatra. Namun, juga ada sumber ancaman gempa yang nyata dari darat serta berpotensi menimbulkan korban.
Ia menjelaskan Sesar Sumatra memanjang dari Provinsi Lampung hingga ke Aceh. Khusus di Provinsi Sumbar, terdapat beberapa kabupaten dan kota yang dilalui patahan tersebut.
Daerah yang dimaksud ialah Kabupaten Pasaman, Kabupaten Solok Selatan, Kabupaten Solok, Kota Bukittinggi, Kabupaten Agam, dan sebagian Kota Padang Panjang.
Sementara itu, Gubernur Provinsi Sumbar Mahyeldi mengatakan kerusakan jalan nasional di Kabupaten Solok yang diduga akibat aktivitas tambang juga bisa, karena dampak Sesar Sumatra atau yang juga dikenal dengan Patahan Semangka.
“Jalur patahan Semangka ini tanahnya labil, sehingga banyak terjadi longsor,” kata Mahyeldi. (ant)