portal terpopuler,prabowo subianto yang humanis,berani dan tegas
Berita  

Jokowi Mengaku Belum Membahas Pembangunan Kereta Cepat Brunei-Malaysia-IKN

Kamis, 4 April 2024 – 03:30 WIB

Jakarta – Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan komentar tentang rencana pembangunan kereta cepat di Pulau Kalimantan yang akan dilakukan oleh perusahaan Brunei Darussalam. Kereta cepat ini dijadwalkan akan menghubungkan Brunei, Malaysia, hingga Indonesia atau Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.

Jokowi menyatakan bahwa saat ini belum ada komunikasi mengenai rencana pembangunan kereta cepat yang akan melintasi tiga negara tersebut. Namun, menurutnya hal tersebut merupakan rencana lama.

“Belum, tapi saya tahu itu sudah dalam perencanaan lama,” kata Jokowi di Jakarta, Rabu, 3 April 2024.

Sebelumnya, perusahaan infrastruktur berbasis di Brunei Darussalam mengklaim tengah merencanakan pembangunan kereta cepat yang akan menghubungkan Brunei dengan dua negara tetangganya, yaitu Indonesia dan Malaysia.

Brunergy Utama menyatakan bahwa mereka telah mengajukan proposal pembangunan proyek yang dikenal sebagai Trans Borneo Railway. Proyek ini telah diluncurkan pada akhir pekan yang lalu.

Proyek ini akan membentang sepanjang 1.620 kilometer dari sisi barat hingga timur Kalimantan, dan akan melintasi tiga negara Asia Tenggara yang ada di Pulau Kalimantan yaitu Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam.

Tahap pertama pembangunan proyek ini akan menghubungkan Pontianak, Kalimantan Barat dengan Kuching dan Kota Kinabalu ibu kota negara bagian Sarawak dan Sabah di Malaysia, serta distrik Tutong di Brunei Darussalam, serta pesisir barat dan utara pulau tersebut.

Tahap kedua akan dilanjutkan ke selatan dan menghubungkan Tutong dengan provinsi Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur, termasuk kota Samarinda dan Balikpapan.

“Akan ada empat terminal yang berfungsi sebagai hub utama jaringan kereta api berkecepatan tinggi ini, dengan total 24 stasiun. Dan kereta cepat ini direncanakan akan melaju dengan kecepatan hingga 350 kilometer per jam.

Proyek ini juga dilaporkan akan menelan biaya sebesar US$70 miliar atau sekitar Rp 1.115 triliun (asumsi kurs Rp 15.941 per dolar AS).

Exit mobile version