Kamis, 18 Juli 2024 – 05:20 WIB
Sopir Ambulans Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) AM Djoen Sintang, Kalimantan Barat (Kalbar) tega menurunkan Jenazah bayi di sebuah SPBU hingga viral di media sosial.
Usai viral, pihak RSUD AM Djoen Sintang pun meminta maaf atas kejadian ini.
“Kami sebagai Direktur dan seluruh jajaran rumah sakit memohon maaf kepada seluruh masyarakat Kabupaten Sintang, khususnya kepada keluarga pasien yang kami layani pada tanggal 15 Juli 2024,” Direktur RSUD Am Djoen Sintang, Ridwan Tony Hasiholan dikutip tvOne.
“Kami mengakui masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam memberikan pelayanan terbaik bagi seluruh masyarakat, tetapi kami akan terus berusaha meningkatkan profesionalisme pelayanan dan individu,” lanjutnya.
Berikut 5 fakta sopir sopir Ambulans RSUD AM Djoen Sintang, Kalbar yang menurunkan jenazah bayi di SPBU
1. Sopir Meminta Selisih Uang Bahan Bakar
Dikutip dari tvOne, sopir ambulans, Suwardi meminta selisih harga bahan bakar lantaran unit mobil yang digunakan bukan lah mobil bensin, melainkan mobil diesel.
Ambulans saya itu beda dengan peraturan yang ada. BBM ambulans yang saya gunakan ini menggunakan Dexlite dengan harga Rp14.900 per liter, sementara peraturan rumah sakit menanggung BBM sebesar Rp9.500. Selisih BBM itu yang saya minta kepada keluarga pasien,” kata Suwardi.
Keluarga jenazah pun kemudian mengeluarkan surat yang menyatakan bahwa pihak keluarga jenazah sudah membayar biaya jasa Ambulans di kasir.
Hingga akhirnya keluarga jenazah turun dari Ambulans dan memilih menyewa mobil lain untuk membawa jenazah ke rumah duka.
2. Armada Ambulans Tidak Direkomendasikan Membawa Jenazah
Direktur RSUD Am Djoen Sintang, Ridwan Tony Hasiholan menyebut, kalau armada Ambulans bermesin diesel itu tidak direkomendasikan untuk membawa jenazah.
“Ada dua hal penting yang perlu kami garis bawahi. Pertama, pada hari itu sebenarnya bukan jadwal dari ambulans tersebut. Kedua, ambulans yang digunakan memang tidak kami rekomendasikan untuk membawa pasien atau jenazah karena menggunakan BBM Dexlite,” kata Ridwan.
Jika digunakan, sambung Ridwan, harus atas izin direktur dan selisih bayar menjadi tanggung jawab rumah sakit.
“Jadi, dalam kaitan ini memang kami tidak memberikan izin kepada sopir ambulans tersebut,” tambah Ridwan.
3. Pihak RSUD Tegaskan Tak Ada Tambahan Biaya untuk Ambulans
Direktur RSUD AM Djoen Sintang, Ridwan Tony Hasiholan juga menegaskan kalau pihak keluarga jenazah atau pasien tidak ada tambahan biaya untuk ambulans.
“Betul (pihak keluarga pasien sudah bayar di kasir), karena memang pasien-pasien kita tidak ada lagi pertambahan biaya, mereka sudah membayar di kasir sesuai dengan perda yang ada,” jelas Ridwan.
Jadi, sambung Ridwan, tidak ada lagi penambahan tarif jasa ambulans di luar itu.
4. Sopir Ambulans Dibebas Tugaskan
Pihak RSUD pun akan menindaklanjuti masalah tersebut, direktur RSUD AM Djoen Sintang itu menilai kalau sebenarnya armada Ambulans yang menggunakan mesin diesel itu tidak direkomendasikan untuk membawa pasien maupun jenazah.
“Akan ada tindak lanjut pembinaan kepada sopir ambulans, Kami menariknya dari tugas sopir ambulans dan menyerahkan pembinaan kepada BKD untuk tindakan sesuai dengan aturan kepegawaian.” tutup direktur RSUD AM Djoen Sintang
5. Armada Ambulans Menggunakan Toyota Hilux Bermesin Diesel
Ambulan yang digunakan untuk mengantarkan jenazah tersebut adalah Toyota Hilux dengan mesin diesel Toyota berkode 2GD-FTV.
Berdasarkan buku panduan manual, mesin diesel Toyota Hilux direkomendasikan Bahan Bakar Diesel minimal Cetane 51 atau setara Dexlite.
Dilansir dari Auto2000, mobil bermesin diesel yang mengisi bahan bakar diesel yang tidak direkomendasikan seperti Solar (cetane 48), akan berdampak buruk kepada injektor mesin.
Halaman Selanjutnya
Ambulans saya itu beda dengan peraturan yang ada. BBM ambulans yang saya gunakan ini menggunakan Dexlite dengan harga Rp14.900 per liter, sementara peraturan rumah sakit menanggung BBM sebesar Rp9.500. Selisih BBM itu yang saya minta kepada keluarga pasien.
Izin Selengkapnya