Peringatan Hari Bidan Internasional: Sejarah dan Peran Mereka

Setiap tahun, tepatnya tanggal 5 Mei, diperingati sebagai Hari Bidan Internasional untuk menghormati jasa profesi bidan dalam memberikan layanan kesehatan kepada ibu dan anak. Ini bukan hanya perayaan biasa, melainkan pengakuan global terhadap upaya bidan dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi serta meningkatkan kualitas layanan kesehatan maternal dan neonatal di seluruh dunia. Ide untuk menetapkan Hari Bidan Internasional pada 5 Mei bermula dari Konferensi Konfederasi Bidan Internasional di Belanda pada tahun 1987, yang kemudian dirayakan pertama kali pada tahun 1991. Dalam perjalanan 20 tahun kemudian, Laporan Keadaan Kebidanan Dunia diterbitkan untuk menggambarkan hambatan dan tantangan yang dihadapi tenaga bidan dalam bidang kesehatan ibu, anak, remaja, reproduksi, dan seksual.

Sejarah bidan di Indonesia juga dimulai sejak masa kolonial Belanda, tepatnya pada tahun 1851 ketika pendidikan bidan pertama kali dibuka untuk wanita pribumi di Batavia oleh Dr. W. Rosch. Meskipun awalnya terbatas, inisiatif ini memicu perkembangan pendidikan kebidanan di Indonesia dengan pembukaan pendidikan bidan di berbagai daerah serta tunjangan bulanan dari pemerintah. Dalam perkembangannya, konferensi bidan pertama kali diselenggarakan pada 24 Juni 1951 yang kemudian mengakui secara resmi profesi bidan oleh Indonesia. Dari sini, Ikatan Bidan Indonesia dibentuk sebagai organisasi profesi dan mengakui peran bidan dalam proses persalinan, edukasi kesehatan reproduksi, pelayanan antenatal, dan pemantauan tumbuh kembang anak.

Hari Bidan Internasional bukan hanya untuk menghargai bidan, tetapi juga sebagai platform untuk mengkampanyekan pentingnya peran mereka dalam kehidupan manusia, terutama dalam proses persalinan dan kesehatan reproduksi. Tema Hari Bidan Internasional pada tahun 2025, Midwives: Critical in Every Crisis, menekankan peran bidan sebagai garda terdepan dalam memberikan layanan kesehatan reproduksi, khususnya dalam situasi darurat dan krisis. Meskipun begitu, bidan masih menghadapi berbagai tantangan seperti kekurangan tenaga, perlengkapan, dan dukungan yang memadai. Konfederasi Bidan Internasional (ICM) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bersama-sama mengkampanyekan pengakuan atas keterlibatan bidan dalam kesiapsiagaan dan tanggap darurat krisis untuk melindungi keselamatan perempuan dan anak-anak.

Source link