Rem merupakan elemen kritis pada motor balap berkinerja tinggi seperti MotoGP, meskipun sering kali tidak menjadi perbincangan utama. Namun, perhatian terhadap rem meningkat sejak Grand Prix Aragon, ketika pembalap Bagnaia mengungkapkan bahwa rem telah memberinya keuntungan signifikan antara hari Sabtu dan Minggu. Pada balapan Sprint, Bagnaia mengalami masalah penguncian roda, sensasi yang kurang pada bagian depan motor, dan finis di posisi ke-12, jauh di belakang Marquez. Setelah beralih ke cakram 355 mm dari cakram 340 mm, Bagnaia mendapatkan kembali kepercayaan pada rem yang memungkinkannya untuk bersaing dengan Marquez dan finis di posisi ketiga.
Dalam konteks ini, pendapat seorang ahli seperti Andrea Pellegrini, Racing Motorcycle Market Manager di Brembo, sangat berharga. Pellegrini menjelaskan bahwa beralih ke cakram 355 mm dapat memberikan keuntungan dalam torsi pengereman yang lebih besar, daya pengereman yang lebih baik, serta sensasi yang lebih baik bagi pembalap. Selain itu, Pellegrini menjelaskan bahwa penggunaan cakram 355 mm tergantung pada karakteristik trek balap, dengan trek-trek tertentu yang membutuhkan penanganan temperatur yang khusus.
Diskusi antara Bagnaia dan Pellegrini mengungkapkan bahwa keputusan untuk beralih ke cakram 355 mm adalah hasil dari koordinasi dan pemahaman bersama di antara mereka. Meskipun perubahan tersebut memberikan keuntungan pada trek tertentu, tantangan mungkin muncul di trek lain yang memiliki karakteristik yang berbeda. Namun, perasaan dan kepercayaan diri pembalap dalam pengereman sangat penting untuk performa maksimal di lintasan balap. Dengan demikian, pemahaman yang mendalam tentang hubungan antara teknis dan psikologis dalam dunia balap dapat memberikan keunggulan bagi pembalap profesional seperti Bagnaia.