Senin, 23 Oktober 2023 – 16:09 WIB
Polisi di ibu kota Inggris, London, telah membagikan data yang mengkhawatirkan tentang peningkatan Islamofobia selama protes pro-Palestina. Protes ini mengutuk kejahatan yang dilakukan oleh pasukan pendudukan Israel yang menargetkan warga sipil Palestina di Gaza dan Tepi Barat yang diduduki.
Laporan tersebut menyebutkan bahwa pelanggaran terkait Islamofobia di London mengalami lonjakan sebesar 14% antara tanggal 1 hingga 18 Oktober. Data menunjukkan bahwa kejahatan rasial terhadap umat Islam meningkat dari 42 menjadi 101 dalam periode tersebut, dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, pelanggaran antisemit juga mengalami peningkatan dari 15 menjadi 218.
Situasi ini telah menyebabkan penangkapan 21 orang, termasuk seorang pria yang ditangkap karena melakukan 10 kasus grafiti Islamofobia di halte bus di London.
Sentimen Islamofobia semakin meningkat di tengah protes pro-Palestina di London, yang mengutuk serangan Israel dan kejahatan perang yang menargetkan warga sipil Palestina di Gaza dan Tepi Barat yang diduduki.
Namun, Islamofobia bukanlah fenomena baru di Inggris. Banyak laporan yang telah memperingatkan adanya sentimen anti-Muslim di seluruh negeri. Pada tahun lalu, survei yang dilakukan oleh dua organisasi Muslim Inggris dan kelompok Keterlibatan dan Pembangunan Muslim menunjukkan bahwa serangan Islamofobia terhadap masjid dan organisasi Islam di Inggris mengalami peningkatan yang mengkhawatirkan. Survei tersebut menemukan bahwa 42% masjid dan lembaga Islam yang disurvei mengalami serangan dalam tiga tahun terakhir yang dipicu oleh Islamofobia. Beberapa serangan tersebut termasuk vandalisme dan pencurian, dengan 17% staf dan jamaah masjid menghadapi kekerasan fisik.
Serangan terhadap masjid merupakan kejadian umum di Inggris, terutama setelah serangan teror Christchurch pada Maret 2019 yang menewaskan 51 orang dan melukai 40 orang. Survei tersebut juga menunjukkan bahwa serangan Islamofobia terhadap masjid meningkat sebesar 15% selama pandemi COVID-19.
Penindasan dan pembunuhan terhadap warga Palestina masih berlanjut, dengan pasukan pendudukan Israel telah membunuh sedikitnya 4.500 orang di Gaza dan Tepi Barat. Serangan tersebut menargetkan berbagai lokasi sipil, termasuk rumah, gedung, tempat berlindung, gereja, dan masjid.