Sabtu, 28 Oktober 2023 – 10:12 WIB
Menteri Komunikasi dan Informatika, Budi Arie Setiadi mengatakan penggunaan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) sebagai modus baru untuk penyebaran hoaks dan disinformasi dalam pemilu 2024.
“Ya namanya aja teknologi baru, ntar diadu domba. Sekarang ada konten mukanya kamu, suaranya kamu, padahal bukan kamu. Tapi orang yang diomongin enggak tau, terus marah, ya nanti orang-orang pada saling marah,” kata Budi Arie dikutip pada Sabtu, 28 Oktober 2023.
Menurut dia, pemilu 2019 belum ditemukan teknologi secanggih sekarang yang dapat mengedit foto bisa bergerak-gerak seperti lagi berbicara. “Ya belum canggih (2019), kalau sekarang kan canggih banget, muka sama suara sama dipikir beneran orang berantem dong,” ujarnya.
Sementara Direktur Jenderal Aplikasi Informatika (Dirjen Aptika) Kementerian Komunikasi dan Informatika, Samuel Abrijani Pengerapan (SAP) mencontohkan video Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang diedit menggunakan AI berpidato pakai Bahasa Mandarin.
“Kalau kita lihat dari video yang kemarin itu dan kita coba memahami bahasa pakai penerjemah, isinya sama. Cuma itu mendisinformasikan. Karena kejadiannya seolah-olah diberitakan ini kejadiannya di Cina saat pertemuan Pak Jokowi ke Cina kemarin, padahal itu kejadian tahun 2015,” ungkapnya.
Oleh karenanya, ia mengatakan pemerintah mengingatkan masyarakat bahwa saat ini sudah mulai penggunaan AI dalam menciptakan disinformasi maupun hoaks karena perkembangan teknologi semakin canggih.
“Ini bagian dari namanya preventif. Harapan kita masyarakat mulai hati-hati dengan penggunaan AI yang semakin canggih dan sudah bisa digunakan untuk editing-editing. Kuncinya adalah carilah informasi dari sumber-sumber terpercaya, khususnya dari media-media. Karena tidak mungkin berita-berita besar tidak diliput oleh media,” pungkasnya.
Tips menangkal hoaks
Budi Arie menyebut ada beberapa tips masyarakat agar dapat menangkal hoaks dan disinformasi, diantaranya jangan terpancing berita yang sensasional sehingga dapat memicu emosi serta membuat dan membagikan berita tanpa mengecek kebenarannya terlebih dahulu.
Dua, lanjut dia, pastikan bahwa sumber berita tersebut dipercaya dan memiliki reputasi baik, serta pastikan berita tersebut didasarkan fakta yang dapat dipertanggungjawabkan dan bukan hanya sekedar opini subjektif.
“Ketiga, bandingkan berita ketika menemukan berita yang terdengar mencolok atau kontroversial. Carilah informasi serupa dari beberapa sumber yang berbeda untuk memastikan kebenarannya,” jelas dia.
Oleh karenanya, Budi Arie mengajak seluruh elemen publik khususnya media untuk secara proaktif membantu mencegah penyebaran hoaks dengan menghadirkan konten jurnalistik yang akurat, tepat, dan berkualitas. Harapannya, berita terkait pemilu tidak sekedar mencari sensasi belaka.
“Karena rekan-rekan media memiliki andil penting sebagai pilar demokrasi untuk menjaga kualitas dan integritas pemilu. Kepada seluruh masyarakat harus kita terus-sama melawan hoaks dengan memeriksa informasi yang diterima, tidak menyebarkan jika mengandung hoaks, dan tentu tidak membuat hoaks. Kami harap kita sama-sama bisa mewujudkan pemilu damai 2024,” pungkasnya.