portal terpopuler,prabowo subianto yang humanis,berani dan tegas
Berita  

Yahya Sinwar Dipilih Sebagai Pemimpin Hamas yang Lebih Ekstrem Dibandingkan dengan Haniyeh

Yahya Sinwar Dipilih Sebagai Pemimpin Hamas yang Lebih Ekstrem Dibandingkan dengan Haniyeh

Rabu, 7 Agustus 2024 – 08:46 WIB

Doha, VIVA – Setelah dua hari negosiasi panjang di Doha, Qatar, Hamas telah secara resmi menunjuk Yahya Sinwar sebagai pemimpin barunya, menggantikan Ismail Haniyeh yang tewas di Teheran minggu lalu.

Sejak 2017, Sinwar telah menjabat sebagai pemimpin kelompok tersebut di Jalur Gaza. Sekarang, ia akan menjadi pemimpin sayap politiknya.

“Kepemimpinan Hamas dengan suara bulat memilih Sinwar untuk memimpin gerakan tersebut,” kata seorang pejabat senior Hamas, dikutip dari BBC Internasional, Rabu, 7 Agustus 2024.

Pengumuman tersebut muncul di saat ketegangan meningkat di Timur Tengah, karena Iran dan sekutunya mengancam akan membalas pembunuhan Haniyeh, yang mereka tuduhkan kepada Israel.

Selama dua hari di Doha, pertemuan intensif yang melibatkan tokoh-tokoh terkemuka Hamas membahas pilihan untuk pemimpin kelompok berikutnya. Banyak skenario dibahas, tetapi akhirnya, hanya dua nama yang diajukan, Yahya Sinwar, dan Mohammed Hassan Darwish, seorang tokoh bayangan yang mengepalai Dewan Syura Umum, badan yang memilih Politbiro Hamas. Dewan tersebut memberikan suara bulat untuk memilih Sinwar, sebagai pesan pembangkangan terhadap Israel.

“Mereka membunuh Haniyeh, orang yang fleksibel, yang terbuka terhadap solusi. Sekarang mereka harus berurusan dengan Sinwar dan pimpinan militer,” kata pejabat itu.

Sebelum kematiannya, Ismail Haniyeh dipandang oleh para diplomat regional sebagai tokoh pragmatis dibandingkan dengan orang lain di Hamas, pendorong utama jangkauan politik kelompok tersebut. Di sisi lain, Yahya Sinwar dipandang sebagai salah satu tokoh Hamas yang paling ekstrem. Sinwar saat ini berada di puncak daftar orang yang paling dicari di Israel. Badan keamanan Israel meyakini dia mendalangi perencanaan dan pelaksanaan serangan 7 Oktober 2023, yang menewaskan lebih dari 1.200 orang dan membawa 251 orang ke Gaza sebagai sandera.

Exit mobile version