Berita  

Bentrokan Berdarah di Bolivia setelah Evo Morales Dilarang Maju Sebagai Capres

Ketegangan politik di Bolivia mencapai puncaknya setelah bentrokan berdarah antara pendukung mantan Presiden Evo Morales dan aparat keamanan pada Kamis, 29 Mei 2025. Menurut pernyataan resmi kepolisian Bolivia, insiden tersebut mengakibatkan 20 orang ditangkap dan tiga petugas polisi terluka. Bentrokan terjadi ketika para pendukung Morales berusaha agar dia diizinkan untuk maju dalam pemilihan umum yang dijadwalkan pada Agustus 2025, meskipun pengadilan telah melarangnya mencalonkan diri kembali sebagai calon presiden.

Meskipun batas waktu pendaftaran telah berlalu pada 19 Mei sebelumnya, aksi pendukung Morales terus dilakukan. Massa melempari batu dan petasan ke arah polisi di sekitar kantor Mahkamah Pemilihan Umum, sehingga aparat keamanan akhirnya menggunakan gas air mata untuk membubarkan kerumunan. 20 orang kemudian ditangkap dan tiga petugas terluka dalam insiden tersebut.

Ketegangan semakin meningkat ketika seorang perwakilan dari Partai Aksi Nasional Bolivia (Pan-Bol), yang mendukung Morales, dicegah masuk ke gedung Mahkamah Pemilihan Umum untuk menyerahkan berkas dokumen pendaftaran capres. Partai tersebut mengklaim telah mengirim dokumen melalui email sebelum batas waktu, namun pengadilan menegaskan bahwa pengiriman melalui email tidak dianggap sah.

Evo Morales, yang pernah menjadi pemimpin Bolivia selama tiga periode berturut-turut sebelum mengundurkan diri pada 2019, kembali menjadi sorotan karena upaya kontroversialnya untuk kembali mencalonkan diri sebagai presiden. Meskipun Mahkamah Konstitusi Bolivia telah menegaskan pembatasan masa jabatan dua periode harus ditegakkan, hal ini tidak menghentikan upaya Morales untuk kembali berkuasa.

Source link