Tempe memiliki sejarah panjang yang mencerminkan inovasi kuliner dan kekayaan budaya yang unik di Indonesia. Makanan fermentasi ini berasal dari dapur tradisional masyarakat Jawa dan telah menjadi bagian penting dalam keseharian mereka. Keberadaan tempe yang begitu melekat dengan budaya lokal mencerminkan perkembangannya hingga dikenal secara luas, terutama setelah mengalami modernisasi industri pada abad ke-20.
Sebagai makanan fermentasi khas Nusantara, tempe kini menjadi salah satu simbol kuliner Indonesia. Meski asal-usul tempe masih diperdebatkan, catatan sejarah menunjukkan bahwa makanan ini telah dikenal di Jawa sejak berabad-abad yang lalu. Sejarah tempe di Indonesia dapat ditelusuri melalui berbagai sumber, misalnya dari situs Rumah Tempe Indonesia.
Dalam perjalanannya, tempe tidak hanya dibuat dari kedelai, tetapi juga menggunakan berbagai bahan lain seperti aneka kacang, biji-bijian, bahkan daun-daunan. Hal ini menjadikan Indonesia memiliki beragam jenis tempe khas, seperti tempe kacang hijau, tempe koro pedang, tempe kecipir, tempe kacang tanah, tempe dari lamtoro, hingga tempe dari daun singkong dan ampas kelapa.
Produksi tempe di Indonesia melibatkan ribuan unit usaha yang tersebar di berbagai provinsi. Tempe tidak hanya menjadi lauk andalan di masyarakat Indonesia, tetapi juga telah dikenal secara global dan diproduksi di lebih dari 20 negara. Kehadiran tempe sebagai bagian dari kearifan lokal Indonesia telah membantu mempromosikan warisan budaya dan kuliner negara ini secara internasional.