Sabtu, 30 Maret 2024 – 03:47 WIB
Rusia – Tentara Rusia yang memotong telinga tersangka teroris ISIS-K yang didakwa melakukan pembantaian mematikan di Moskow dan memaksanya memakannya, kini melelang pisau yang ia gunakan untuk memutilasi telinga tersebut.
Baca Juga :
4 Pelaku Terorisme Moskow Ternyata di Bawah Pengaruh Obat-Obatan Terlarang
Dalam video yang viral minggu ini, salah satu tersangka teroris Saidakrami Rachabalizoda terlihat menangis dan berteriak di tanah ketika tentara Rusia memukulinya dengan popor senjata dalam klip yang dibagikan ke Telegram, sementara video berikutnya menunjukkan seorang petugas memotong telinga kanannya dan memaksa Rachabalizoda memakan telinganya sendiri dengan paksa.
Baca Juga :
Meski Negaranya Tengah Dilanda Aksi Terorisme, Rusia Tetap Kirim 29 Ton Bantuan ke Gaza
Tentara tersebut kini melelang pisau pendek berlumuran darah itu. Dibagikan di saluran Telegram ‘TopaZ Says’, pisau ‘pemotong telinga’ itu dilelang tanpa tawaran awal, melansir Daily Mail, Sabtu, 30 Maret 2024.
Sebuah gambar pisau pendek berlumuran darah itu tampak persis sama dengan yang digunakan untuk mengiris telinga Rachabalizoda, dalam cuplikan yang mengerikan tersebut.
Baca Juga :
Rusia Sebut AS Buru-buru Tuduh ISIS Atas Serangan Gedung Konser di Moskow
Pisau tersebut tak terlalu besar namun tampak sangat tajam, dengan campuran cokelat muda dan hitam pada gagangnya dan di ujung pisau terdapat pegangan bulat.
Administrator saluran tersebut mengatakan bahwa mereka akan mengirimkan sebagian dana hasil lelang tersebut ke rekening amal untuk para korban serangan teroris, mengacu pada pembantaian mematikan di Moskow yang menyebabkan 140 warga sipil tewas dan melukai 150 lainnya.
Meskipun saat ini belum diketahui apakah pisau tersebut telah terjual, tawaran pertama adalah sepuluh ribu rubel atau setara dengan £85 atau Rp 1,8 juta rupiah.
Pisau tersebut diketahui dibuat dan dijual oleh pembuat pisau Rusia Kizlyar, dengan total panjang sekitar enam setengah inci, dan dijual di situs web Eropa seharga €62 (£53). Pisau itu digunakan oleh seorang petugas yang memiliki hubungan dengan sayap kanan, menurut postingan Telegram sebelumnya yang dibuat di saluran yang sama.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa kelompok Islam radikal ISIS-K adalah pihak yang melakukan serangan tersebut, namun mengatakan bahwa Rusia masih ingin memahami siapa yang memerintahkan serangan tersebut dan mengatakan ada banyak pertanyaan yang harus dijawab oleh Ukraina.
Ukraina membantah keterlibatan negaranya.
Ketika ditanya apakah serangan tersebut merupakan kegagalan dinas intelijen, Kremlin mengatakan bahwa kebuntuan Rusia dengan Barat berarti pembagian intelijen tidak terjadi seperti dulu. “Sayangnya, dunia kita menunjukkan bahwa tidak ada kota, tidak ada negara yang sepenuhnya kebal dari ancaman terorisme,” kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov.
Badan intelijen Rusia bekerja tanpa kenal lelah untuk membela dan melindungi negaranya, tambahnya.
Halaman Selanjutnya
Meskipun saat ini belum diketahui apakah pisau tersebut telah terjual, tawaran pertama adalah sepuluh ribu rubel atau setara dengan £85 atau Rp 1,8 juta rupiah.