portal terpopuler,prabowo subianto yang humanis,berani dan tegas
Berita  

Nayib Bukele Menyatakan Kemenangan dalam Pemilihan Presiden El Salvador, Mengklaim Meraih 85 Persen Suara

Senin, 5 Februari 2024 – 11:16 WIB

San Salvador – Calon presiden petahana El Salvador, Nayib Bukele, pada hari Minggu, 4 Februari 2024, menyatakan dirinya sebagai pemenang pemilihan nasional di negara tersebut dengan klaim perolehan suara lebih dari 85 persen. Deklarasi ini bahkan dilakukan sebelum pejabat pemilihan umum atau badan penyelenggara pemilihan umum di negara tersebut belum merilis hasil apapun.

Bukele, adalah kandidat terkuat yang difavoritkan untuk memenangkan masa jabatan lima tahun berikutnya karena sebagian besar pemilih mengesampingkan kekhawatiran tentang erosi demokrasi dan memberinya penghargaan atas tindakan kerasnya terhadap geng kriminal, yang meningkat di negara Amerika Tengah.

Bukele mengatakan partainya, Ide Baru, juga merebut setidaknya 58 posisi di dewan legislatif El Salvador yang memiliki 60 kursi, mengutip informasi yang tidak disebutkan secara spesifik yang dapat dia akses.

“Sebuah rekor sepanjang sejarah demokrasi dunia,” kata Bukele di situs media sosial X, dikutip dari CNA, Senin, 5 Februari 2024.

“Sampai jumpa jam 9 malam di depan Istana Nasional,” sambungnya.

Sebagai informasi, pejabat pemilu sstempat belum mengomentari hasil pemungutan suara. Pemungutan suara ditutup pada pukul 17.00, sekitar dua jam sebelum Bukele mengklaim kemenangan. Klaim Bukele tersebut merujuk pada jajak pendapat yang dilakukan oleh CID Gallup, yang menunjukkan dukungan Bukele sebesar 87 persen. Bukele kini tampaknya siap menjadi presiden El Salvador pertama dalam hampir satu abad yang terpilih kembali. Sangat populer, Bukele telah berkampanye mengenai keberhasilan strategi keamanannya di mana pihak berwenang menangguhkan kebebasan sipil untuk menangkap lebih dari 75.000 warga Salvador tanpa tuduhan.

Penahanan tersebut menyebabkan penurunan tajam tingkat pembunuhan secara nasional dan mengubah negara berpenduduk 6,3 juta orang yang pernah menjadi negara paling berbahaya di dunia. Namun beberapa analis mengatakan penahanan massal terhadap 1 persen populasi tidak akan berkelanjutan dalam jangka panjang.

Exit mobile version