portal terpopuler,prabowo subianto yang humanis,berani dan tegas
Berita  

Heru Budi Menggunakan Water Mist untuk Mengatasi Polusi Udara di Musim Kemarau

Heru Budi Menggunakan Water Mist untuk Mengatasi Polusi Udara di Musim Kemarau

Sabtu, 18 Mei 2024 – 04:04 WIB

Jakarta – Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono mengatakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI akan menggunakan atau mengaktifkan alat penyemprot air atau dikenal dengan water mist jika musim kemarau kembali hadir seperti tahun 2023 lalu.

Baca Juga: 127 Juru Parkir Liar di Minimarket dan Ruko Diberi Surat

“Ya (penanganan) polusi udara, di gedung-gedung tinggi seperti tahun lalu diaktifkan bersama water mist,” ujar Heru di Jakarta Pusat pada Jumat, 17 Mei 2024.

Heru menjelaskan bahwa penggunaan alat water mist itu akan dioperasikan setiap pukul 09.00 hingga 10.00 WIB pada pagi hari. Kemudian, alat water mist juga akan digunakan pada sore hari yaitu pukul 15.00 hingga 16.00 WIB.

“Ya nanti kalau musim panas kami aktifkan lagi. Kan ada waktunya ya, jam 9-10. Nanti jam 3-4 sore,” pungkasnya.

Baca Juga: Ancaman Heru Budi Buat Ketua RT di Jakarta

Sebagai informasi, alat penyemprot air atau water mist telah digunakan oleh Pemerintah Provinsi DKI pada musim kemarau tahun 2023 lalu. Kini, Indonesia dilanda cuaca panas yang cukup tinggi. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan, cuaca panas yang melanda Indonesia saat ini bukan berasal dari gelombang panas atau heatwave.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, pihaknya telah melakukan pengamatan suhu. Hasilnya, kata dia, fenomena cuaca panas yang melanda Indonesia tidak dapat dikategorikan sebagai heatwave.

“Khusus di Indonesia yang terjadi bukanlah gelombang panas, melainkan suhu panas seperti pada umumnya,” kata Dwikorita dikutip dari laman BMKG pada Jumat, 10 Mei 2024.

Disisi lain, Dwikorita menyebut suhu panas itu juga bisa dipengaruhi oleh kondisi perairan di sekitar Indonesia. Ia menyebutkan, Indonesia memiliki iklim laut hangat dan topografi pegunungan yang dapat mengakibatkan naiknya gerakan udara.

“Karena hal tersebut dimungkinkan terjadinya penyanggaan atau buffer kenaikan temperatur secara ekstrem dengan terjadi banyak hujan yang mendinginkan permukaan secara periodik. Hal ini lah yang menyebabkan tidak terjadinya gelombang panas di wilayah Kepulauan Indonesia,” ujarnya.

Dwikorita menambahkan, suhu panas di Indonesia bisa saja terjadi karena pemanasan permukaan sebagai dampak dari mulai berkurangnya pembentukan awan dan berkurangnya curah hujan.

Menurutnya, kondisi yang panas itu juga merupakan sesuatu yang umum terjadi pada peralihan musim hujan ke musim kemarau.

“Periode peralihan ini umumnya dicirikan dengan kondisi pagi hari yang cerah, siang hari yang terik dengan pertumbuhan awan yang pesat diiringi peningkatan suhu udara, kemudian terjadi hujan pada siang menjelang sore hari atau sore menjelang malam hari,” kata dia.

Exit mobile version