Lewis Hamilton memberikan tugas sulit ketika meninggalkan Mercedes setelah 12 tahun bersama tim. Selain berpisah dengan tim yang sudah dikenalnya, Hamilton juga mengucapkan selamat tinggal pada unit tenaga Mercedes yang telah membantunya dalam 356 balapan. Analis bernama Bernie Collins memperkirakan dampak dari kepindahan Hamilton ke Ferrari, mengakui bahwa tantangan terbesar akan muncul saat Hamilton berada di Ferrari. Perubahan dari tim Brackley ke Maranello untuk F1 2025 merupakan peristiwa besar dalam sejarah olahraga ini. Diskusi lebih terfokus pada aspek emosional meninggalkan tim Mercedes yang mendominasi selama setahun, juga pada adaptasi Hamilton dengan unit daya Scuderia yang berbeda dari mesin Mercedes yang membawanya meraih tujuh gelar juara dunia.
Perjalanan Hamilton dengan Mercedes berdampingan dengan perkembangan kuat dari unit tenaga hibrida. Mesin Mercedes V6, yang diperkenalkan pada 2014, menjadi standar dalam desain powertrain dengan dukungan sasis yang mengoptimalkan kinerja pembalap. Ferrari, dengan Sebastian Vettel, juga berhasil memanfaatkan unit tenaga Italia dengan baik setelah perubahan pada 2017. Red Bull turut menguasai ajang ini sepanjang enam tahun pertama era hibrida V6. Meski bagi penonton, perbedaan antara unit tenaga hanya sedikit terlihat.
Kepindahan Hamilton ke Ferrari menjanjikan tantangan menarik menurut Collins. Hamilton akan dihadapkan pada perbedaan mesin, mode, sistem, serta tata letak mobil yang berbeda. Namun, Collins tetap yakin Hamilton akan mampu menyesuaikan diri dengan tantangan baru ini. Meski demikian, perubahan yang signifikan seperti budaya dan metode kerja di Ferrari juga akan menjadi ujian tersendiri bagi Hamilton. Hanya ada satu tahun lagi dari unit tenaga yang ada sebelum perubahan regulasi 2026 diberlakukan, dan setiap pembalap akan dihadapkan pada pengalaman berkendara yang berbeda dengan 50 persen tenaga berasal dari motor listrik. Sesaat ini, perubahan menuju Ferrari ditunggu-tunggu dengan antusiasme menuju hasil yang akan tercipta.
